Senin, 09 Januari 2012

Salah satu contoh Masalah Krusial dalam Transisi Remaja ke Dewasa awal

Kasus:
Beberapa bulan lalu tentunya kita mendengar mengenai kasus yang sedang marak di tanah air kita, Indonesia, yaitu kasus pencucian otak yang dilakukan oleh NII terhadap 9 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang diduga menjadi korban pencucian otak yang mana NII meracuni otak mahasiswa dengan ideologi mereka. Mengenai modus perekrutan yang dilakukan NII dikatakan bahwa para korban cuci otak yang kebanyakan mahasiswa itu melalui sebuah diskusi. Berbagai cara ditepuh oleh mereka dalam melakukan perekrutan seperti: mengajak untuk bertemu di tempat ramai. Setelah di tempat ramai tersebut, kemudian dikenalkan oleh orang asing, juga menggunakan teman lama sebagai perantara dalam perekrutan, dll. Dalam proses pemberian doktrin, disampaikan oleh orang lain yang lebih berpotensi mem-brainwash otak dengan ideologi mereka.
Analisis
Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan pencarian identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri ini didapat sedikit-demi sedikit sesuai dengan umur kronologis dan mental age-nya. Berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa awal. Sebagai kelanjutan masa remaja, sehingga ciri-ciri masa remaja tidak jauh berbeda dengan perkembangan remaja. Masa perubahan nilai. Beberapa alasan terjadinya perubahan nilai pada orang dewasa adalah karena ingin diterima pada kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan ekonomi orang dewasa. Lingkungan kampus merupakan lingkungan kedua bagi para remaja setelah lingkungan keluarga. Universitas sebagai wahana pendidikan dan pembinaan formal diperlukan untuk memperhatikan kebutuhan para mahasiswa sebagai individu yang sedang mengalami transisi dari masa remaja akhir menuju ke masa dewasa awal.
Seperti mahasiswa yang tekena pencucian otak, mereka yang mulai lepas dari orang tua dari yang SMA menuju ke kehidupan kampus yang tentunya jauh dari jangkauan orang tua karena kebanyakan dari mahasiswa yang kemudian hidup dalam lingkungan kos-kosan dan menemukan serta menjalani kehidupan baru dengan orang-orang yang belum mereka kenal. Lingkungan yang sebelumnya asing, individu didorong untuk menyesuaikan dan berbaur dengan lingkungan barunya itu. Jauhnya individu tersebut dari orang tua mereka membuat orang tua tidak mampu mengontrol secara langsung pergaulan dan kehidupan anak mereka dilingkungan kampus seperti apa, sehingga individu yang baru saja yang masih dalam tahap pencarian identitas mengalami ketidakpahaman dalam lingkungan baru yang dijalaninya sehingga dengan mudahnya dipengaruhi pemahaman kognitif dan dirubah persepsinya. Keingin tahuan remaja dan dalam masa pencarian identitas dirinya inilah yang membuat remaja begitu mudah mengikuti ajakan teman sebayanya yang baru beberapa saat di kenal oleh individu dilingkungan barunya ini yang mengajaknya karena salah satu cara yang ditempuh oleh NII dalam melakukan perekrutan adalah melalui teman individu yang menjadi target.
Selain itu, dewasa awal juga merupakan masa peralihan dari ketergantungan kemasa mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan sudah lebih realistis. Dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan yang baru, dan harapan-harapan sosial yang baru. Erickson (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) mengatakan bahwa seseorang yang digolongkan dalam usia dewasa awal berada dalam tahap hubungan hangat, dekat dan komunikatif dengan atau tidak melibatkan kontak seksual. Bila gagal dalam bentuk keintiman maka ia akan mengalami apa yang disebut isolasi (merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri karena berbeda dengan orang lain).
Berdasarkan kasus NII diatas, kriteria yang menunjukkan akhir masa remaja dan awal mula dewasa awal, dari yang remaja dalam pencarian identitas menuju intimacy, remaja yang sedang dalam transisi menuju ke dewasa awal merasa ingin diterima pada kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan ekonomi orang dewasa. Terdapatnya harapan serta kesempatan-kesempatan sosial yang tidak didapati oleh individu tersebut ketika berada pada masa-masa SMA membuat individu tersebut ‘kaget’ ketika merasa bahwa mereka tergabung dalam kegiatan organisasi dan melihat potensi dari diri mereka sendiri bahwa melihat bahwa individu tersebut merasa mampu bergaul dengan banyak orang membuat individu tersebut semakin berusaha menunjukkan eksistensinya dilingkungan dunia kampus untuk aktif di berbagai kegiatan organisasi. Organisisa dikampus yang melibatkan diskusi-diskusi dengan pemahanan landasan ideologi mereka yang masih terbatas untuk memilah pandangan yang benar dan menyaring informasi secara bijak, tanpa sepengetahuan individu dijadikan oleh para perekrut NII mencampur adukkan ideologi mereka kedalam diskusi tersebut dan berusaha meyakinkan individu bahwa itulah pandangan yang benar sehingga dengan mudahnya NII memasukkan ideologi mereka. Selain itu, kemampuan individu dalam aktif dan memberikan pandangan dalam diskusi membuat para perekrut NII yang melihat potensi individu tersebut kemudian mengincar mereka.
Olehnya itu, perlunya bagi Mahasiswa yang menatap dunia baru di lingkungan kampus untuk menyikapi secara bijak dalam memasuki lingkungan sosial, untuk memilah dunia pergaulan yang baru, yang baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan serta memiliki keteguhan dan dasar untuk menyikapi mana lingkungan yang sesuai, yang berpengaruh baik untuk kehidupannya dan bukannya malah menjerumuskan ke arah yang negatif.

0 komentar:

Posting Komentar