Selasa, 12 Juni 2012

Analisis Buku Parenting


REVIEW BUKU
v Buku ini menceritakan tentang  bagaimana penulis membagikan pengalamannya dalam mendidik anak-anaknya dalam masa perkembangan mereka dan mendampingi para keluarga lainnya untuk mendidik anak-anak mereka.
v Komentar dan penilaian yang cocok untuk dibaca:
Buku ini sangat bagus dibaca untuk para orang tua yang mengalami kebingungan dalam menghadapi perkembangan anak mereka, bagaimana sikap yang harus dilakukan orang tua ketika anak mereka tumbuh menjadi dewasa dan perilaku mereka menjadi berubah dan tidak sesuai dengan harapan orang tua serta menjadi  landasan bagi orang tua untuk lebih memahami seperti apa potensi dan keinginan serta harapan dari anak yang diinginkan mereka untuk dilakukan oleh orang tua dalam keluarga.
v Pendapat menurut buku ini isinya bagaimana:
Bagus karena:
ü  Dalam buku ini terdapatnya tehnik-tehnik yang memotivasi dan inovatif terkait pengasuhan.
ü  Kiat-kiat meningkatkan pertumbuhan pribadi yang menarik yang didukung dengan pandangan secara Alkitabiah yang sesuai dengan penerapan perkembangan rohani.
ü  Metode yang dikemukakan untuk mengatasi hambatan/kekurangan.
ü  Strategi yang telah diterapkan oleh penuli dalam keluarga mereka untuk menciptakan waktu keluarga yang akrab dan berarti.

v Analisis menurut teori parenting:
    Dalam sistem keluarga terdapatnya tiga dimensi, yaitu:

 1.    Cohesion adalah merasa dekat secara emosional dengan orang lain.
·       Cohesion juga dideskripsikan sebagai kebersamaan, respek dan kepercayaan, berbagi waktu santai, nilai privat, berbagi waktu makan (Curran,1983) serta komitmen pada keluarga, waktu bersama dan saling menyemangati (Krysan, Moore & Zill ,1990)
·       Keseimbangan antara berpisah dan kebersamaan adalah inti dari cohesion dalam keluarga. Anggota keluarga perlu menyeimbangkan antara intim dan bersama dengan anggota keluarga yang lain dengan mandiri dari keluarga sehingga bisa membentuk diri sebagai individu.

Analisis berdasarkan buku: 
Dalam buku ini, orang tua diajak oleh penulis untuk mengembangkan kepercayaan terhadap anak dengan tidak membatasi hal-hal yang ingin dilakukan oleh anak sehingga dari hal itu anak bisa menemukan dan mengembangkan potensi yang ada dalam diri karena adanya dukungan dari keluarga, respek dan kepercayaan dari orang tua untuk mengembangkan kemampuan dari hal yang disukai anak. Orang tua juga diharapkan untuk menyempatkan diri ditengah kesibukan bekerja untuk  mendampingi anak-anak mereka ketika ada moment-moment penting dalam hidup mereka yang membutuhkan kehadiran orang tua pada moment tersebut, sebagai contoh ketika anak mendapat kesempatan dari sekolah untuk tampil dalam orkestra sekolah, tanpa anak mengatakan bahwa sebenarnya ia ingin orang tuanya untuk datang melihat penampilannya, orang tua seharusnya lebih dulu respek untuk menyadari hal tersebut.

 2.    Flexibility adalah jumlah perubahan yang terjadi dalam leadership, role relationship dan relationship rules.
·      Flexibility juga dideskripsikan sebagai berbagi tanggungjawab, ritual dalam keluarga (Curran, 1983) serta kemampuan beradaptasi dan aturan yang jelas (Krysan, Moore and Zill, 1990)

Analisis berdasarkan buku: 
Orang tua harus menampilkan citra diri yang baik terhadap anak-anaknya jika orang tua ingin agar anak mereka kelak mejadi seperti apa yang mereka harapkan. Adanya sistem yang diterapkan oleh Ayah untuk tugas-tugas dalam rumah tangga membuat anak terbentuk untuk bertanggung jawab, membuat keputusan yang baik dan mengatur waktu dengan baik dirumah. Sebagai contoh, bagaimana pun banyaknya pekerjaan seorang ayah, ia harus tiba dirumah pukul 5pm−sekalipun itu berarti bahwa ia harus kembali kekantor sesudah makan malam untuk menyelesaikan pekerjaannya. Ibu berada dirumah dan mendampingi anak bersekolah.  Dan anak-anak tahu bahwa mereka tidak boleh terlambat pulang atau bertanya apakah mereka boleh makan dirumah teman. Anak-anak harus berada di rumah.

 3.     Communication juga dideskripsikan sebagai afirmasi satu sama lain (Curran, 1983) serta ekspresi dan apresiasi (Krysan, Moore and Zill, 1990).

Analisis berdasarkan buku: 
Dalam berkomunikasi terhadap anak, kunci untuk menciptakan komunikasi dengan anak-anak adalah kesiapsediaan dan ketekunan. Orang tua harus mudah ditemui anak-anak ketika mereka ingin mengutarakan sesuatu. Waktu-waktu yang paling banyak digunakan adalah sebelum tidur, bangun tidur sebelum melakukan apa-apa, dan sepulangnya dari sekolah. Demikian pula dengan saat-saat ketika orang tua menikmati liburan dengan anak-anak−apabila mereka merasa aman dan dikasihi, lebih mudah bagi mereka untuk berbagi perasaan dan mempererat kelekatan antar anggota keluarga.


Minggu, 08 April 2012

Analisis Psikologi Keluarga ditinjau dari Film "Letters to GOD"

Sinopsis
Film ini mengisahkan Tyler, seorang penderita kanker, seorang anak yang berasal dari keluarga yang telah ditinggalkan oleh sang ayah. Sehingga sang Ibu bernama Maddy menjalani perannya sebagai single parent dalam keluarga mereka membesarkan kedua anaknya Ben dan Tyler, yang dibantu oleh Mama Maddy karena Maddy sendiri merasa berat menghadapi kehidupan keluarganya semenjak ditinggal mati oleh suaminya. Melihat anaknya terkena kanker dan harus bekerja untuk menutupi biaya sehari-hari membuatnya begitu sibuk, meskipun begitu perhatiannya tetap tercurah pada anaknya sehingga Tyler memang dibesarkan di lingkungan yang penuh cinta dan kasih sayang. Keluarga Tyler sendiri sedang dalam pergumulan berat dalam iman dan kepercayaan mereka kepada Tuhan. Papa Tyler telah meninggal dunia dan Mamanya mulai kecewa terhadap Tuhan dan Kakaknya Tyler bahkan merasa mereka telah ditinggalkan Tuhan karena melihat Mamanya yang begitu peduli terhadap adiknya dan mengacuhkan dirinya. Tapi Tyler tetap menunjukkan keyakinannya yang tak tergoyahka kepada Tuhan. Imannya dan keyakinannya menghadapi penyakitnya mengubah keluarganya, sahabatnya dan komunitas di mana mereka tinggal. Sehingga melalui berbagai cobaan yang dihadapi keluarganya ini, keluarga mereka dipulihkan melalui surat-surat yang ditulis Tyler untuk Tuhan yang dititipnya melalui seorang mailman di pos dan mailman itu memberikan surat-surat tersebut kepada setiap orang yang diceritakan dalam surat yang ditulis Tyler.

 
Peran Sebagai Orangtua Tunggal
Idealnya dalam suatu keluarga, haruslah dilengkapi dengan kedua orangtua. Namun bila dalam suatu keluarga tersebut hanya ada orangtua tunggal, maka akan memberi dampak bagi setiap anggota dalam keluarga. Menurut Perlmutter & Hall (1995), mengartikan orangtua tunggal sebagai orangtua yang tanpa partner (pasangan) secara berkelanjutan membesarkan anaknya oleh diri mereka sendiri (Wolf, 2005). Duval & Miller (1995)  mengemukakan bahwa orangtua tunggal adalah orangtua yang secara sendirian membesarkan anak tanpa kehadiran, dukungan atau tanggung jawab pasangannya. Keluarga dengan orangtua tunggal muncul karena kematian salah satu pasangan dan pasangan yang ditinggalkan tersebut tidak menikah lagi, sebahagian besar orangtua tunggal adalah akibat perceraian dalam keluarga (Papalia, 1998). Sehingga dalam kasus meninggalnya pasangan merupakan masa yang penuh dengan tekanan dalam pengalaman hidup individu, dan terjadi pada wanita di masa tengah kehidupan dan masa tua. Sebagian besar wanita yang telah melewati usia 65 tahun akan menghadapi masa-masa menjanda (Fileds & Casper, 2001). Selanjutnya, House, Landis, dkk (1996) menjelaskan bahwa pentingnya dukungan sosial dan kelekatan bagi kesehatan fisik dan mental.

Dalam film Letters to God ini, menceritakan tentang sang Ibu bernama Maddy menjalani perannya sebagai single parent dalam keluarga yang membesarkan kedua anaknya Ben dan Tyler, yang dibantu oleh Ibu Maddy karena Maddy sendiri merasa berat menghadapi kehidupan keluarganya semenjak ditinggal mati oleh suaminya. Ditambah dengan cobaan dalam keluarga mereka dimana anaknya mengidap penyakit kanker membuatnya semakin tertekan dan mulai mengeluh tentang keadaannya, kenapa hal tersebut harus terjadi dalam kehidupan keluarganya. Namun karena adanya dukungan sosial dari Ibu Maddy yang tinggal bersama dirumah mereka menguatkan hati Maddy menjalani hari-harinya dan membantunya mengurus anak-anak Maddy ketika Maddy bekerja, khususnya mengurus Tyler yang sakit. Selain itu, dukungan sosial dari tetangga-tetangga Maddy dan komunitas Gereja yang sering mengunjungi rumah mereka dan mendoakannuya membuatnya merasa terhibur dan tidak merasa sendiri.


Dampak Menjadi Orangtua Tunggal
Ada tiga dampak umum menjadi orangtua tunggal yaitu: multitasking, solo parenting dan issues of self (Egelman, 2004). 
a. Multitasking yaitu konflik peran yang muncul pada orangtua tunggal karena banyaknya peran yang harus mereka lakukan dalam waktu yang bersamaan.
Analisis : Maddy yang berperan sebagai orang tua tunggal dalam keluarganya merasa begitu stress karena dia harus bekerja membiayai kebutuhan keluarga mereka sebab ia satu-satunya penopang keuangan keluarga namun disisi lain ia merasa bahwa ia harus menajdi Ibu yang baik bagi anak-anaknya, harus memberikan perhatian ekstra merawat anaknya Tyler yang terkena kanker dan mengarahkan anaknya yang bernama Ben yang beranjak remaja yang membutuh perhatian atas sosok seorang Ibu serta menyiapakan berbagai kebutuhan anaknya dirumah, mulai dari memasak dan mengatur, membersihkan rumah.
b. Solo parenting yaitu kesulitan orang tua single parent dalam menghadapi perilaku anak karena mereka sudah tidak memiliki pasangan sebagai teman berbagi dalam menyelesaikan masalah keluarga, terutama dalam mengurus anak. Hal yang sangat diharapkan dari orangtua saat ini adalah bahwa semua orangtua harus “perfect”, sehingga tentunya hal ini menjadi sesuatu yang sulit bagi orangtua baik yang single parent maupun bagi keluarga yang utuh. Mereka harus mampu memberikan dukungan finansial, emosi dan intelektual yang dibutuhkan anak untuk menciptakan emosional yang sehat dan kesuksesan finansial kelak ketika anak menjadi dewasa.
Analisis : Maddy merasa sulit mendekati anaknya yang pertama bernama Ben. Ben selalu saja tidak mendengarkan perintah Ibunya untuk bisa mengurus dirinya sendiri karena pikir Ibunya dia sudah dewasa dan tidak perlu di perhatikan lagi, dan mereka harus fokus perhatian pada adiknya yang bernama Tyler. Hal ini yang membuat Ben merasa tidak lagi dipedulikan oleh Ibunya sendiri, Ibunya lebih fokus pada adiknya dan ia merasa keberadaannya tidak dianggap. Di sisi lain Ibunya merasa bahwa Ben tidak mengerti keadaan keluarga mereka, Ben menjadi anak yang tidak patuh terhadap orang tua. Semuanya ini terjadi karena miscommunication antara anak dan orang tua. Kurangnya pengertian antara kedua belah pihak, sampai pada saat ketika Maddy menemukan surat yang ditulis Tyler untuk Tuhan yang menceritakan keadaan keluarga mereka, membuat Maddy sadar dan tidak fokus ke salah satu anaknya saja tapi juga memperhatikan kebutuhan dan kasih sayang untuk kedua anaknya.

c. Issues of self yaitu self image yang dimiliki oleh orangtua single parent yang akan berpengaruh terhadap kualitasnya sebagai orangtua. Issues of self, merupakan keadaan dimana orangtua tunggal akan mengalami stress dan kebutuhan pribadinya yang luas tidak dapat dipenuhi. Orangtua tunggal berharap dapat melanjutkan pendidikannya, pekerjaannya dan mempunyai kehidupan sosial yang baik. Namun, hal ini akan menjadi sulit karena mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk memenuhi semua kebutuhannya tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orangtua yang positif berhubungan dengan orangtua yang memiliki self image yang positif. Jika orang dewasa tidak memiliki kesempatan untuk bertumbuh dan mengembangkan pengalaman yang positif pada dirinya, maka kualitasnya sebagai orang tua akan berkurang.
Analisis : Menghadapi kehidupan yang berat atas kehidupan keluarganya semenjak ditinggal mati oleh suaminya, membuat Maddy mulai kecewa terhadap Tuhan. Merasa bahwa kenapa semua hal harus terjadi pada keluarganya sendiri, dan apa yang harus ia lakukan atas semua yang terjadi. Namun Ibu Maddy mengingatkan dan menguatkannya melalui nasihat-nasihat yang meneguhkan hatinya, memberi arahan mengenai self image positif bagaimana Ibu Maddy  yang adalah seorang janda dapat melalui kehidupan dan keadaan Maddy sekarang yang juga menjanda membuatnya harus bisa membesarkan dan merawat anak-anaknya.

Daftar Pustaka:

Minggu, 26 Februari 2012

Tugas Perkembangan Psikologi Dewasa dan Lanjut usiaTugas Perkembangan Psikologi Dewasa dan Lanjut usia


Analisis menurut Film My Father:
Film yang didasarkan pada kisah nyata ini ini bercerita tentang seorang anak Korea yang dibintangi oleh Daniel Henney (James Parker) yang diadopsi oleh keluarga Amerika. Saat dewasa, ia pun hendak mencari orang tua kandungnya dengan kembali ke Korea sebagai tentara Amerika. Setelah melakukan penelusuran, akhirnya ia bertemu dengan ayah biologisnya di dalam penjara. Meski berbincang dengan dipisahkan oleh jeruji penjara, hubungan emosional diantara mereka kian hari kian tumbuh. Hampir setiap hari ia datang dan berbincang dengan ayahnya. Dari sang ayah ia juga mengetahui bagaimana rupa sang ibu. Namun hal yang mengejutkan terjadi, James mendapatkan hasil tes DNA ia dan sang ayah ternyata tidak cocok. Meski kecewa, James bahagia karena bisa mengetahui asal-usulnya. Ia pun tetap menjalin hubungan dengan sang ayah.

Pada film My Father ini, penulis menganalisis Perkembangan tokoh dari sang Ayah yang bernama Hwang Nam Cheol, yang berada di dalam penjara berdasarkan perkembangan:
1.      Perkembangan Fisik
Dalam Teori perkembangan fisik Dewasa, terjadi kemunduran fisik yang umumnya ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan melambat, bentuk badan yang membungkuk, sensitivitas emosional meningkat dan kurangnya gairah. Berdasarkan kondisi fisiknya, sang Ayah yang merupakan pria paruh baya memiliki kaki kanan cacat dengan cara jalannya yang pincang. Saat berjalan, dia terlihat berjalan dengan pelan dan badannya yang sedikit membungkuk. Giat dalam kegiatan yang diprogram penjara seperti mampu mengecat dinding sambil berdiri meskipun kakinya pincang. Setiap selesai bertemu dengan anaknya, dia begitu bersemangat dalam kegiatannya bekerja mengecat tembok di dalam penjara. Terlihat berbagai garis keriput di wajahnya dengan kulit yang musam dan rambut beruban yang dimana anaknya ketika mengunjungi penjara Meskiput cacat di bagian kaki, dia  mampu mengurus dirinya sendiri seperti memakai baju sendiri.
2.      Perkembangan Kognitif
Dalam perkembangan kognitif berdasarkan aspek inteligensi, Sang ayah termasuk kedalam Crystallized Intelligence (kemampuan mengingat dan menggunakan informasi yang telah diperoleh sepanjang kehidupan, tergantung pendidikan dan budaya) meningkat. Dia dengan mampu menggambarkan kondisinya dan istrinya saat anaknya bertanya seperti apa mereka di masa lalu dan menceritakan berbagai memorinya di masa lalu pada anaknya dan mengingat secara jelas tentang pembunuhan yang telah dilakukannya, termasuk sosok temannya di masa lalu yang juga ditemuinya di dalam penjara. Karena berada di dalam penjara dan tersangka pembunuhan, ayahnya mengatakan untuk tidak lagi menjenguknya karena jika orang –orang tahu bahwa dia adalah anak seorang pembunuh maka dia tidak akan mendapat pekerjaan. Dengan persepsi Ayahnya yang seperti ini terlihat jelas bahwa sang ayah benar-benar memikirkan masa depan anaknya dengan label ayahnya yang seorang pembunuh.
3.      Perkembangan Sosial-Emosional
Dalam psikososial, terdapatnya masa krisis ialah masa dimana ada usaha dari individu untuk mengatasi kesenjangan antara masa lalu dan masa depan yang akan mengancam kontinuitas kehidupannya (Daniel Levinson). Di dalam penjara sang Ayah tergolong ke dalam napi yang diam dan sering menyendiri di dalam selnya. Dia membuat patung lilin untuk menghabiskan waktu luangnya. Di saat teman satu selnya bermain kartu dia tetap mengisi waktu luangnya dengan membuat patung dari lilin yang patung bergambar wajah anaknya. Suatu ketika dia ingin mengirimi anaknya surat. Ia tak tahu menulis, namun dia mengajak temannya untuk menuliskan surat padanya untuk anaknya. Saat bercerita bersama anaknya, dia menampakkan ekspresi kesedihan saat menceritakan tentang istrinya dan keseriusan, dan tersenyum. bercerita tentang keluarga mereka pada anaknya sambil memegang tangan anaknya. Dia juga memeluk anaknya dengan begitu erat. Saat menceritakan tentang pembunuhan yang dilakukannya, dia hanya menatap dengan tatapan penuh penyesalan dan arah tatapan kosong. Setiap kali anaknya datang menjenguknya dipenjara, wajahnya terlihat begitu senang dan bersemangat bercerita sambil tertawa memandang anaknya. Saat berfoto bersama anaknya dia menunjukkan ekpresi bahagia dengan tersenyum lebar dan menampilkan deretan giginya.
Hal yang menarik adalah usia paruh baya dimana dikenal dengan krisis emosi. Perubahan yang terjadi berupa penurunan, sehingga rentan menimbulkan stress, dan perlu ada penyesuaian diri dari individu untuk menghadapi midlife-crisis ini. Banyak temannya di sel yang selalu berusaha memancing emosinya dengan mengatakan hal-hal yang tidak pantas terhadapnya namun ekspresinya hanya terdiam mendengar itu semua. Melihat hal itu temannya terlihat ketakutan dan mengambil sikap sujud dan menundukkan kepala kepadanya. Sampai suatu saat dia bertemu teman lamanya di dalam penjara yang berusaha menyerangnya. Dia terlihat begitu rapuh ketika temannya itu menceritakan masa lalunya dan arti dari berbagai luka yang ada di perutnya. Seorang temannya dari masa lalu terus menerus menghinanya dengan mengatakan bahwa dia adalah seorang pembunuh. Dia terdiam. Kemudian dia berlutut di tanah dengan meluruskan kakinya yang pincang. Namun temannya berusaha menghina istrinya dan sambil menunduk dia terlihat begitu marah dengan menyerang dan mendorong teman yang menghinanya itu. Temannya kemudian memukunya sampai dia tidak bisa lagi bergerak. Namun dia menyerang serta menusuk orang itu dengan sebilah pisau yang dilihatnya dan mencekik leher teman yang menghinanya. Saat anaknya menjenguknya kembali lagi, dia hanya terdiam dan menundukkan kepalanya. Anaknya tetap mengatakan bahwa dia tetap ayahnya dan mendengar hal itu ayahnya menangis dan berusaha memegang tangan anaknya yang terhalang dengan kaca. Anaknya kemudian mengatakan bahwa dia sangat mencintai ayahnya sambil memegang dada kanannya. Ayahnya kemudian memegang tangan kanannya di dadanya sambil tersenyum melihat anaknya dan ketika berbalik, dia menangis dan air matanya keluar begitu saja.

Senin, 09 Januari 2012

Salah satu contoh Masalah Krusial dalam Transisi Remaja ke Dewasa awal

Kasus:
Beberapa bulan lalu tentunya kita mendengar mengenai kasus yang sedang marak di tanah air kita, Indonesia, yaitu kasus pencucian otak yang dilakukan oleh NII terhadap 9 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang diduga menjadi korban pencucian otak yang mana NII meracuni otak mahasiswa dengan ideologi mereka. Mengenai modus perekrutan yang dilakukan NII dikatakan bahwa para korban cuci otak yang kebanyakan mahasiswa itu melalui sebuah diskusi. Berbagai cara ditepuh oleh mereka dalam melakukan perekrutan seperti: mengajak untuk bertemu di tempat ramai. Setelah di tempat ramai tersebut, kemudian dikenalkan oleh orang asing, juga menggunakan teman lama sebagai perantara dalam perekrutan, dll. Dalam proses pemberian doktrin, disampaikan oleh orang lain yang lebih berpotensi mem-brainwash otak dengan ideologi mereka.
Analisis
Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan pencarian identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri ini didapat sedikit-demi sedikit sesuai dengan umur kronologis dan mental age-nya. Berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa awal. Sebagai kelanjutan masa remaja, sehingga ciri-ciri masa remaja tidak jauh berbeda dengan perkembangan remaja. Masa perubahan nilai. Beberapa alasan terjadinya perubahan nilai pada orang dewasa adalah karena ingin diterima pada kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan ekonomi orang dewasa. Lingkungan kampus merupakan lingkungan kedua bagi para remaja setelah lingkungan keluarga. Universitas sebagai wahana pendidikan dan pembinaan formal diperlukan untuk memperhatikan kebutuhan para mahasiswa sebagai individu yang sedang mengalami transisi dari masa remaja akhir menuju ke masa dewasa awal.
Seperti mahasiswa yang tekena pencucian otak, mereka yang mulai lepas dari orang tua dari yang SMA menuju ke kehidupan kampus yang tentunya jauh dari jangkauan orang tua karena kebanyakan dari mahasiswa yang kemudian hidup dalam lingkungan kos-kosan dan menemukan serta menjalani kehidupan baru dengan orang-orang yang belum mereka kenal. Lingkungan yang sebelumnya asing, individu didorong untuk menyesuaikan dan berbaur dengan lingkungan barunya itu. Jauhnya individu tersebut dari orang tua mereka membuat orang tua tidak mampu mengontrol secara langsung pergaulan dan kehidupan anak mereka dilingkungan kampus seperti apa, sehingga individu yang baru saja yang masih dalam tahap pencarian identitas mengalami ketidakpahaman dalam lingkungan baru yang dijalaninya sehingga dengan mudahnya dipengaruhi pemahaman kognitif dan dirubah persepsinya. Keingin tahuan remaja dan dalam masa pencarian identitas dirinya inilah yang membuat remaja begitu mudah mengikuti ajakan teman sebayanya yang baru beberapa saat di kenal oleh individu dilingkungan barunya ini yang mengajaknya karena salah satu cara yang ditempuh oleh NII dalam melakukan perekrutan adalah melalui teman individu yang menjadi target.
Selain itu, dewasa awal juga merupakan masa peralihan dari ketergantungan kemasa mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan sudah lebih realistis. Dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan yang baru, dan harapan-harapan sosial yang baru. Erickson (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) mengatakan bahwa seseorang yang digolongkan dalam usia dewasa awal berada dalam tahap hubungan hangat, dekat dan komunikatif dengan atau tidak melibatkan kontak seksual. Bila gagal dalam bentuk keintiman maka ia akan mengalami apa yang disebut isolasi (merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri karena berbeda dengan orang lain).
Berdasarkan kasus NII diatas, kriteria yang menunjukkan akhir masa remaja dan awal mula dewasa awal, dari yang remaja dalam pencarian identitas menuju intimacy, remaja yang sedang dalam transisi menuju ke dewasa awal merasa ingin diterima pada kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan ekonomi orang dewasa. Terdapatnya harapan serta kesempatan-kesempatan sosial yang tidak didapati oleh individu tersebut ketika berada pada masa-masa SMA membuat individu tersebut ‘kaget’ ketika merasa bahwa mereka tergabung dalam kegiatan organisasi dan melihat potensi dari diri mereka sendiri bahwa melihat bahwa individu tersebut merasa mampu bergaul dengan banyak orang membuat individu tersebut semakin berusaha menunjukkan eksistensinya dilingkungan dunia kampus untuk aktif di berbagai kegiatan organisasi. Organisisa dikampus yang melibatkan diskusi-diskusi dengan pemahanan landasan ideologi mereka yang masih terbatas untuk memilah pandangan yang benar dan menyaring informasi secara bijak, tanpa sepengetahuan individu dijadikan oleh para perekrut NII mencampur adukkan ideologi mereka kedalam diskusi tersebut dan berusaha meyakinkan individu bahwa itulah pandangan yang benar sehingga dengan mudahnya NII memasukkan ideologi mereka. Selain itu, kemampuan individu dalam aktif dan memberikan pandangan dalam diskusi membuat para perekrut NII yang melihat potensi individu tersebut kemudian mengincar mereka.
Olehnya itu, perlunya bagi Mahasiswa yang menatap dunia baru di lingkungan kampus untuk menyikapi secara bijak dalam memasuki lingkungan sosial, untuk memilah dunia pergaulan yang baru, yang baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan serta memiliki keteguhan dan dasar untuk menyikapi mana lingkungan yang sesuai, yang berpengaruh baik untuk kehidupannya dan bukannya malah menjerumuskan ke arah yang negatif.

Senin, 05 Desember 2011

Analisis Film “GRIDIRON GANG” Berdasarkan Pendekatan Psikologi Remaja

Sinopsis
Gridiron gang adalah sebuah film yang diangkat dari kisah nyata bahwa remaja pada saat ini sering sekali melakukan kesalahan yang bisa dianggap fatal hingga akhirnya kehidupan mereka harus berakhir di penjara. Munculnya tindak kriminalitas mereka tersebut tidak bisa lepas dari keberadaan keluarga mereka yang kacau (broken home) sehingga memaksa mereka mencari kasih sayang di jalanan. Ratusan bahkan ribuan remaja berkumpul karena alasan yang sama, broken home, kemudian bersosialisasi dan membentuk genk. Melalui kelompok-kelompok genk-genk inilah mereka hendak menunjukkan eksistensi dan saling memperoleh kasih sayang semu serta mendapatkan keluarga baru di jalanan dengan cara yang salah. Mereka menganggap pencurian, penjarahan, narkoba, perkelahian massal, dan membunuh adalah sebuah ritual biasa. Karena tindakan-tindakan kriminal yang mereka lakukan tersebut akhirnya mereka harus masuk penjara di usia belia. Namun, hukuman penjara tidak memberikan efek jera bagi mereka. Diantara mereka yang kemudian bebas dari penjara, tercatat sebanyak 75% diantara mereka kembali ke penjara lagi karena kembali melakukan tindak kriminal atau justru menjemput maut di jalanan karena konflik antar genk yang tak jelas dan tak berujung.
Melihat kenyataan tersebut, sebuah Penjara bernama Camp Kilpatrick dan petugasnya berusaha merubah keadaan. Sean Porter adalah petugas di pengadilan anak yang dalam masa percobaan, berpikiran membantu anak anak remaja tersebut untuk memberi kesempatan kedua dengan bermain football. ia memilih football sebagai “lapangan” bagi para remaja yang dipenjara untuk melakukan sesuatu yang berguna dan patut dibanggakan. memutuskan membuat rencana untuk mengajarkan displin dan tanggung jawab melalui permainan football. Tapi hanya ada waktu 4 minggu sebelum mulai musim yang baru. Sean harus berusaha keras membentuk tim yang kompetitif.
Pada awalnya sangat sulit untuk menyatukan remaja-remaja tersebut, karena mereka terdiri dari bermacam kepribadian, geng narapidana yang berasal dari geng yang saling bermusuhan seperti antara Willie yang merupakan geng 88 dan Kelvin yang adalah geng 95. Hal seperti inilah merupakan tugas yang berat bagi pelatihnya untuk membentuk sebuah tim yang solid. Sean sebagai pembimbing bersama teman sekerjanya bernama Malcolm Moore mengajarkan mereka prinsip untuk membentuk karakter yang baik, kuat dan menghargai satu sama lain dan bertanggung jawab. Kemudian terbentuklah mereka semua menjadi satu Tim Footbal bernama Mustang. Mereka diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri dan dibekali motivasi melalui football. Mereka pun diberi kesempatan untuk bertanding dalam sebuah liga football melawan tim-tim football hebat yang bukanlah para penghuni penjara. Mereka belajar merasakan kegagalan, kekalahan, kesedihan, kekompakan dan kemenangan yang membuat hidup mereka menjadi bermakna dengan fokus pada pencapaian prestasi football.


ANALISIS TEORI PERKEMBANGAN REMAJA:
Ø  Secara Kognitif :
-          Dalam perkembangan kognitif, terdapatnya berpikir kreatif, yaitu Kemampuan untuk berpikir dengan menggunakan cara-cara baru untuk menemukan solusi yang unik dari setiap persoalan.
Analisis: berdasarkan film diatas, para narapidana yang menjadi tim football itu di tuntut dan berusaha untuk cara-cara dengan kode-kode rahasia yang menipu lawan agar permainan mereka tidak terbaca untuk mampu menembus pertahanan lawan karena belajar dari kekalahan mereka dipertandingan perdana, mereka dengan mudahnya dikalahkan oleh lawan mereka dan itu membuat mereka diremehkan.
-          Berdasarkan skema kognitif yang diungkapkan oleh Piaget, yaitu konsep/ kerangka kerja mental yang diperlukan untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi, salah satu prosesnya adalah Akomodasi. Akomodasi adalah penyesuaian terhadap informasi baru.
Analisis: Hampir semua diantara pemain tim football Mustang belum memiliki dasar dalam bermain football. Sehingga, mereka berusaha untuk menyesuaikan diri terhadap permainan football yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya dan mempelajari berbagai macam peraturan serta berlatih tehnik-tehnik yang benar dalam bermain football.
Ø  Secara Sosial:
-          Dalam masa perkembangan ini, seorang remaja mulai tergugah rasa sosial untuk ingin bergabung dengan anggota-anggota kelompok yang lain. Pergaulannya yang dulu terbatas dengan keluarga, tetangga dan teman-teman sekolah saat ini dia ingin lebih meluaskan pergaulannya sehingga tidak jarang mereka meninggalkan rumah. mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan.
Analisis: Kelompok-kelompok geng terbentuk diantara para remaja dimana mereka membentuk komunitas untuk menunjukkan eksistensi antar geng yang mengikat rasa solidaritas diantara mereka sehingga ketika adanya masalah antar geng, mereka saling bermusuhan, bahkan saling membunuh dan balas dendam seperti antara Willie yang merupakan geng 88 dan Kelvin yang adalah geng 95 yang saling membenci satu sama lain yang kemudian berlanjut ketika mereka berada dipenjara namun setelah mereka menjadi tergabung dalam satu tim dalam football, mereka berdamai, akrab, saling mendukung, membantu dan menjadi teman baik.
Ø  Perkembangan Identitas Remaja:
-          Teori perkembangan rentang kehidupan Erik Erikson, Identitas (Identity) versus Kebingungan identitas (identity confusion) adalah tahap psikososial Erikson yang kelima. Tahap ini sesuai dengan masa remaja. Remaja berusaha untuk mencari tahu diri mereka, seperti apa mereka dan kemana tujuan hidup mereka. Remaja perlu diizinkan untuk mengeksplorasi jalan-jalan yang berbeda untuk membentuk identitas mereka. Apabila remaja tidak cukup mengeksplorasi peran-peran yang berbeda dan tidak mengembangkan jalan masa depan yang positif, mereka akan tetap merasa bingung akan identitas mereka. Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya.
Analisis: Ratusan bahkan ribuan remaja berkumpul karena alasan yang sama, broken home, kemudian bersosialisasi dan membentuk genk. Melalui kelompok-kelompok geng-geng inilah mereka hendak menunjukkan eksistensi dan saling memperoleh kasih sayang semu serta mendapatkan keluarga baru di jalanan dengan cara yang salah. Mereka menganggap pencurian, penjarahan, narkoba, perkelahian massal, dan membunuh adalah sebuah ritual biasa. Karena tindakan-tindakan kriminal yang mereka lakukan tersebut akhirnya mereka harus masuk penjara di usia belia, sebab tidak mendapat arahan untuk mengeksplorasi peran dan jalan masa depan yang positif. Sampai ketika mereka berada di Camp Kilpatrick, setelah mendapat arahan dan  motivasi dari Sean untuk bermain football, mereka kembali menemukan tujuan, fokus dan arah jalan masa depan yang positif untuk menjadi pemain football yang hebat.
-          Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi merasa tertekan dan muram atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya.
Analisis: Salah satu pemain football bernama Willie dikatakan bahwa ia hanya menghabiskan uang dan menyusahkan orang tuanya saja, bahwa dia adalah seorang pecundang oleh Ayahnya sendiri, Willie tak bisa mengontrol dirinya, marah pada ayahnya dan tanpa dia sadari dia membunuh ayahnya karena kemarahannya yang meluap itu. Saat mengingat perkataan Ayahnya bahwa ia adalah seorang pecundang, ia merasa down dan ingin menyerah bermain football karena ia merasa tak berguna.
-          Keluarga merupakan tokoh yang berpengaruh dalam proses pencarian identitas pada remaja.
Analisis: Munculnya tindak kriminalitas mereka tersebut tidak bisa lepas dari keberadaan keluarga mereka yang kacau (broken home) sehingga memaksa mereka mencari kasih sayang dengan cara yang salah karena bergaul dengan geng dimana mereka bergaul bersama.